Mamasa – Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei. Namun ditengah-tengah peringatan ini masihan ada sekolah yang kondisinya sangat memperihatinkan.
Seperti Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 6 Buntu Malangka yang terletak di Dusun Kalabatu, Desa Aralle Timur, Kecamatan Buntu Malangka, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, kondisinya sangat memperhatikan.
Bagaimana tidak, Sekolah Negeri yang seharusnya mendapat perhatian dari pemerintah yang ditunjang dengan gedung dan fasilitas belajar mengajar yang memadai, sekolah ini justru berbanding terbalik dengan kondisi sekolah negeri pada umumnya.
Bangunan sekolah yang terbuat dari material kayu dengan dinding yang hanya terbuat dari anyaman bambu dan papan ini memiliki siswa sekitar 32 orang dan 12 guru honorer.
Gedung sekolah yang di bagi menjadi tiga sekat, yakni kelas 7,8 dan 9 ini berlantai tanah dan beratap seng yang tidak memiliki plafon. Kayu-kayu penyangga bangunan sudah mulai lapuk karena hujan, sehingga sangat mengganggu dan mengancam aktivitas belajar mengajar.
Saat musim hujan tiba, kondisi ruangan akan becek dan berlumpur, meski demikian semangat siswa untuk menimba ilmu disekolah ini tidak goyah, mereka sangat antusias mengikuti proses belajar mengajar.
Dalam ruangan kelas hampir tidak ada fasilitas yang memadai, mobiler yang ada di sekolah itu hanya seadanya, Papan tulis terbuat dari triplek yang sudah lapuk sementara penghapus hanya menggunakan buatan tangan dari siswa.
SMP Negeri 6 Buntu Malangka yang berjarak sekitar 53 Km dari Kota Mamasa ini berdiri sejak tahun 2020 lalu, sekolah ini didirikan secara mandiri, hingga saat ini sekolah tersebut belum mendapat bantuan renovasi dari pemerintah.
Kepala Sekolah SMP Negeri 6 Buntu Malangka, Handriani (56), mengatakan, kondisi bangunan sekolah ini sudah terjadi sejak pertamakali didirikan pada tahun 2020.
“Sudah enam tahun begini, dulunya kelas jauh dari SMP 2 Bumal Pak, pada tahun 2020 lalu sekolah ini berdiri sendiri. Sejak saat itulah kondisi bangunan sekolah ini tidak memadai. Siswa siswi hanya belajar dengan menggunakan mobiler seadanya,” kata Handriani, kepada wartawan, (Jumat (2/5/2025).
Menurutnya, bangunan yang kurang memadai ini dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menampung 32 siswa, dengan membagi 3 kelas.
“Ruangannya sangat sempit, karena kita bagi jadi 3 kelas, bangunan ini kita sekat menjadi tiga ruangan,” ujarnya.
Momentum hari pendidikan nasional ini pihaknya berharap sekolahnya dapat perhatian, terutama kata Handriani, bangunan sekolah dan juga mobiler.
“Ya kita harap pemerintah terkait bisa membantu kami terutama fasilitas yang memadai, karena banyak anak yang putus sekolah akibat situasi dan kondisi seperti ini,” jelasnya.