Ruang Redaksi – Baru baru ini seorang warga Pupuring, Kecamatan Alu, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat mengalami kejadian memilukan.
Sarina (23) harus kehilangan bayi dalam kandungannya saat ditandu Berjam jam ke Fasilitas kesehatan akibat jalan rusak.
Warga ditandu bukan pertamakali terjadi diwilayah ini, namun sudah terjadi berulangkali akibat tidak meratanya infrastruktur.
Puluhan masyarakat yang tergabung dalam Aliansi masyarakat Alu mendatangi Kantor Bupati Polewali Mandar (Polman) Sulawesi Barat, pada Kamis (25/9/2025).
Kedatangan mereka untuk menyampaikan aspirasi dan aksi protes atas kondisi jalan rusak di Kecamatan Alu dan infrastruktur yang sangat memprihatinkan.
Massa aksi membakar ban bekas di depan pintu gerbang kantor bupati Polman. Selain itu, massa aksi juga menggelar teatrikal menandu pasien menggunakan sarung dan bambu dengan berjalan kaki sejauh ratusan meter, hal itu dilakukan untuk memperlihatkan kondisi yang selama ini dialami warga jika ingin ke fasilitas kesehatan.
Dalam aksinya, massa aksi menuntut agar Pemerintah melakukan pemerataan pembangunan, bukan hanya di wilayah perkotaan saja tetapi juga di desa.
Massa aksi datang untuk menagih janji Bupati Polewali Mandar terkait Penyediaan Jaringan Telekomunikasi dan segera memperbaiki jalan rute desa Pao-pao dan Puppuuring serta membangun jembatan permanen antar Desa Kalumammang dan Saragian yang masih menggunakan rakit.
Dalam orasinya, massa aksi menyebut jika Desa Pao-pao dan desa Puppuuring, merupakan dua desa di Kecamatan Allu yang sangat tertinggal dari segi infrastruktur lantaran kondisi jalan rusak dan tidak adanya jembatan diwilayah tersebut.
“Baru-baru ini seorang Ibu hamil terpaksa ditandu puluhan kilometer menuju pusat layanan kesehatan lantaran akses jalan menuju desa tersebut tidak dapat dilalui ambulance, naas bayi dalam kandungan meninggal sebelum tiba di Rumah sakit,” kata Jendlap Andi Agung saat orasi didepan kantor Bupati Polman.
Material longsor yang menutup jalan belum juga dibersihkan oleh Pemerintah Setempat sehingga menyebabkan terhentinya aktivitas warga karena material longsor menutupi jalan yang menjadi akses satu-satunya bagi masyarakat.
“Pelajar yang ada diwilayah itu terkadang tidak ke sekolah jika sungai meluap lantaran tidak adanya jembatan. Kondisi tersebut membuktikan bahwa masalah rakit bukan sekedar transfortasi tetapi sudah menjadi penghalang pendidikan, ancaman kesehatan,serta beban ekonomi nyata bagi masyarakat Allu,” ungkapnya.
Massa aksi mengancam jika tuntutan mereka tidak di realisasikan segera, maka akan kembali melakukan aksi dengan jumlah massa yang lebih besar.