Ruang Redaksi – Asma (39) warga Desa Beringin, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, yang sempat viral lantaran menjadi korban pencopetan saat mendampingi kerabatnya yang sedang antri menerima Bantuan Langsung Tunai Sementara (BLTS) di Kantor Pos Cabang Wonomulyo beberapa waktu lalu, kini menerima bantuan dari Dinas Sosial setempat.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Dinas Sosial memberikan bantuan berupa Bantuan Sosial Uang (BSU), BLTS Kesra sebesar Rp900 ribu, biaya hidup dari Baznas, dan memasukkan data sebagai PPKS dalam DTSEN desil 3 serta membantu pengurusan dokumen KTP dan KK yang ikut hilang saat kecopetan.

Kabid Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Polman, Andi Sumarni, mengatakan bantuan ini merupakan perintah Kepala Dinas Sosial untuk menindak lanjuti dan telah melakukan Intervensi sebagai bentuk tindak lanjut terhadap permasalahan yang dialami warga.

“BSU ini merupakan bantuan yang tidak di rencanakan, namun ini merupakan respon kasus yang Cepat untuk membantu meringankan beban hidup, meningkatkan kesejahteraan, dan mengatasi masalah ekonomi dimasa-masa yang sulit,” kata Andi Sumarni, dalam keterangan rilis yang diterima, Senin (8/12/2025).

Ia menjelaskan jika Program ini merupakan wujud nyata kepedulian pemerintah daerah terhadap masyarakat kelompok rentan yang kurang mampu.

“Bantuan ini bersumber anggaran APBD 2025 melalui Program Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten Polewali Mandar,” ujarnya.

Diketahui, Asma bekerja sebagai penjual sayur yang tinggal bersama tiga orang anaknya di sebuah rumah kayu yang kurang layak huni di Desa Beringin, Mapilli.

Asma hidup dengan keterbatasan ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Asma mengandalkan penghasilan dari menjual sayur pakis yang ia petik dari kebun tetangga maupun daerah rawa yang berjarak sekitar 1 Kilometer dari rumahnya.

Jika beruntung, dalam sehari Asma dapat mengumpulkan sekitar 30 ikat sayur pakis.

Setiap 7–8 ikat dijual dengan harga Rp10 ribu sehingga penghasilannya tidak menentu dan sangat tergantung kondisi di lapangan.

Kondisi ekonomi dan ditambah lagi musibah kecopetan berpengaruh pada psikologis Asma dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar keluarganya.

Saat kejadian pencopetan beberapa waktu lalu, Asma kehilangan uang tunai Rp780 ribu beserta surat-surat penting lainnya.

Uang yang hilang tersebut merupakan hasil pinjaman, yang rencananya akan dipergunakan untuk membeli kebutuhan pokok, keperluan sekolah anak-anaknya, dan memperbaiki gubuk tempat tinggalnya yang telah reyot.